24 November 2014

Kini, 29 Tahun, Tersenyumlah Keiy...

29 tahun itu bagi saia adalah dewasa dan menjadi tua. Namanya juga usia, yang ada semakin menua, sudah menjadi fitrahnya begitu. Di 29 ini, ada perasaan “sendiri” yang menggelanyut selama setahun kemarin. Berpisah dengan seseorang yang hampir menjadi belahan jiwa selama bertahun – tahun, rasanya seperti separuh nyawa tercerabut dari bumi yang kemudian melayang dan menghilang ‘ntah kemana di langit. Sungguh, perjalanan hidup selama setahun ke belakang adalah masa terberat dalam hidup. Apalagi harus belajar ilmu ikhlas untuk melepaskan. Malam – malam terlewati dengan tangisan sudah menjadi ritme hidup. Rasanya siang lebih bersahabat dengan diri ini. Kerja, kerja dan kerja menjadi pelampiasan semua kesedihan. Beruntung saia masih mempunyai banyak sahabat yang bersedia menjadi tong sampah segala keluh kesah. Tapi tetap saja, saat sendiri, kembali teringat pada kenangan – kenangan itu, tanpa dikomando, otak me-rewind dengan sendirinya.

“Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, sementara kau selalu memberiku begitu banyak kenangan.
Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, sementara kepadamu seluruh dunia telah kuberikan.
Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, jika kau selalu menetap di sana, seperti tak ingin pergi ke mana – mana”

Well, setahun merasakan betapa tidak enaknya merasakan kesendirian, akhirnya saia menyadari, ada begitu banyak orang dengan perasaan “sepi dalam kesendirian” di luar sana, sama dengan yang saia rasakan bahkan ,mungkin lebih parah. Sampai pada suatu kesimpulan, bahwa di dunia ini, ternyata saia tak sendiri dalam kesendirian.

Di suatu malam, saia sampai pada titik perenungan bahwa sebaik – baik manusia adalah yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang lainnya. Sejak itu, saia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain meski tak seberapa. Membuat orang lain bahagia menjadi misi saia untuk menyembuhkan perasaan sendiri yang sudah seperti kanker di hati. Seiring berjalannya waktu, saia yakin bahwa kanker itu akan sembuh dengan sendirinya. Obatnya saia temukan dalam diri. Dengan membahagiakan orang lain, semoga menghadirkan kebahagiaan juga bagi saia kelak. 

Tak banyak yang saia pinta di 29 ini. Jika dulu ada berderet – deret pengharapan di setiap pergantian usia, namun sekarang, deret itu mengerucut menjadi satu yaitu pengampunan. Semoga Allah mengampuni dosa – dosa yang pernah hadir dalam 29 tahun usia saia, sehingga saia kembali bisa melangkah dan melanjutkan hidup ke depan tanpa harus selalu merasa bersalah  dan menyesal atas dosa – dosa yang lalu.

Allah, terimakasih atas rahmatMu di 29 ini. BersamaMu...saia akan langkahkan kaki ini ke depan. 

Selamat menyambut semua hal baru di sana tanpa terbayang – bayangi lagi dosa dimasa lalu, Keiy...Tersenyumlah...dunia ini akan lebih indah dengan senyuman :)

Tidak ada komentar: