30 Desember 2013

Recap 2K13

Akhirnya, sampai juga usia saia di penghujung 2013. Seperti ritual sebelumnya, pasti saia bikin recap taun yg akan ditinggalkan dan resolusi blablabla untuk ditaun berikutnya. Saia tau itu klise, dan semua orang (gak semua jg sih) pasti lagi semangat – semangatnya untuk melaporkan dan menyusun ini itu di penghujung taun, bukan untuk siapa – siapa, tp untuk dirinya sendiri sebagai self reminder. Buat saia, itu sangat personal dan saia tidak pernah merasa se-enerjik ini dalam me-recap pencapaian sekaligus kegagalan di 2013 dan menyusun “kerangka rencana hidup” saia setaun kedepan di 2014. Mudah2an bermanfaat untuk yang membacanya :)
 
Bismillah.

2013.

February 2013

Tunggu sebentar...sepertinya saia lupa kerangka apa yang sudah saia susun untuk taun 2013, daaannn ternyata saia memang ‘ndak nyusun. Damn! :D

Oke, lupakan!!! Saia lanjut recap aja kl gitu :) 

Diawal 2013, tepatnya di bulan Februari, saia secara resmi berhijrah dari Batam (2009-2012) ke Jakarta. Kenapa?! Karena rejekinya sudah berpindah ke tanah Jawa, jadi saia mau ‘ndak mau harus ‘ngikut pindah. Bisa dipastikan, Ayah dan Bunda lah yang paling bahagia atas rencana kepindahan saia itu. Beliau berdua sudah ketar – ketir, 3 taun lamanya anak perempuan mereka satu – satunya ada didaratan antah berantah yg sangat jauhhh dari pantauan, takut anaknya lupa pulang ke Jawa :D
 
Proses kepindahan itu terjadi begitu cepat. Mungkin sekitar 2-3 bulan-an. Bermula dari tawaran teman kuliah saia, uming, untuk mengisi posisi kosong  di kantor tempat dia bekerja. Awalnya saia tidak berminat dg tawaran itu, tp entah mengapa, akhirnya saia kirim jg berkas lamarannya via email. Nothing to lose pikir saia waktu itu.

Kira – kira beberapa minggu kemudian, saia dihubungi oleh pihak personalia kantor itu dan meminta saia datang ke Jakarta untuk interview minggu depan. Okeh, hal yg saia pikirkan saat itu, satu, tiket Batam-Jakarta untuk PP itu GAK MURAH!!!. Dua, NGINEP dimana??? (masa iya nginep di tempat uming?! Kan cowok!!!). Tiga, turun dari bandara trs NAIK APAAAA??? JURUSAN APAAA??? KEMANA???. Semua Pops Up itu melayang – layang dipikiran saia. Sepertinya mustahil aja gitu dan maunya nyerah aja deh. 

Tp entah kenapa, adaaaa aja jawaban dari semua kebingungan itu. Satu, untuk tiket, alhamdulillah masih ada sisa uang tabungan yg masih mencukupi untuk beli tiket PP Batam – Jakarta, meski habis itu mirissss dan nangis jungkel2 liat sisa saldo tabungan. Dua, alhamdulillah ada Mbak Ina (kakak angkatan kuliah dulu) yang bisa ditebengin kost-annya barang sehari-dua hari. Tiga, untuk yang satu ini, saia terbilang NEKAT. Coba bayangin deh, ke Jakarta hanya bermodalkan secarik kertas bertuliska:

“Jl. Asofa Raya RT. 04, RW. 01 No. 35 Sukabumi Utara, Jakarta Barat”

Saia perempuan. Dan ini pertamakalinya saia ke Jakarta. Ada rasa takut, tp saia NEKAT dan berdoa bahwa saia PASTI BISA atas pertolongan-Nya.

Beruntung, ada teman karib saia, Cindi, yg juga di Jakarta bersedia menjadi navigator saia saat pertamakali menjejakkan kaki di cengkareng. Saia sudah me-wanti-wanti cindi untuk selalu men-stand by-kan handphone-nya. Ke Mbak Ina juga. Jadilah dua orang ini yg saia telponin bolak – balik dari bandara, sampe ke kost-an tempat saia menginap, kost-nya mbak Ina. 

2 kali ditolak taxi, karena alamat tujuan yang gak jelas. Taxi ke-3 yang saya stop, alhamdulillah akhirnya mau menolong. Saia ingat betul wajahnya, bapak – bapak berperut buncit, berjenggot, ramah. Beliau tidak segan untuk turun dan bertanya kepada orang sekitar sambil membawa secarik kertas berisi alamat yg saia bawa. Di dalam taxi, beliau selalu mengingatkan saia untuk berhati – hati, banyak orang jahat yang mengintai para pendatang baru seperti saia. Alhamdulillah, kembali pertolongan Allah datang tak terduga.  

Dan akhirnya,  jam 11 malam saia sampai jg di kost-an Mbak Ina. Bu Iing, pemilik kost pun ramah dan berulang kali mengelus pundak saia sambil berucap, alhamdulillah neng, ketemu supir taxi yang baik banget. Entah apalagi yg harus saia ucapkan atas serentetan peristiwa seharian tadi, hanya sujud syukur dan untaian do’a panjang dipenghujung malam itu. Kepada bapak supir taxi itu, jazakallahu khairan katsiran. Mudah2an kebaikan selalu menyertaimu Bapak.

Begitulah, setelah serentetan tes dan wawancara, 1 minggu kemudian kembali saia ditelfon untuk bergabung di perusahaan tersebut bulan depan. Selama sebulan itulah, saia mempersiapkan kepindahan ke Jakarta. Kota antah berantah yang membuat saia harus rela se rela relanya meninggalkan cinta saia di Batam saat itu. Dan itu menjadi persiapan terberat saia juga dia. Mudah2an ini adalah rencana Tuhan yang terbaik untuk semua. Terimakasih atas segala supportnya, semoga kebaikan selalu menyertaimu Ajusye Oppaa ^_^

Sejak Februari itu, jadilah saia bagian dari “anak gaul yg gak gaul2 amat” Jakarta. Belajar bahasa “lu – gue”. Awalnya aneh di lidah, tp lama2 sdh terbiasa meski sering keseleo. Busway dan Angkot menjadi teman saia untuk kemana-mana. Istiqlal, Monas, Blok-M, Semanggi, PIM, Bunderan HI, GBK, Ragunan, Kota Tua dan Taman Untung Suropati. Sabtu dan Minggu adalah hari jalan2 saia. Selama ada shelter busway, semua tempat pasti saia jabanin. Sendiri pun jadi. Berteman headset, sepatu kets, tas punggung, kamera dan air mineral.

Untuk pekerjaan, tidak terlalu signifikan prestasi yang saia raih selain pujian “baru kamu yg bisa menghandle posisi ini dg sangat baik, sebelum2nya, agak kurang kemampuannya”. That’s it. Alhamdulillah. KPI bulan depan, mudah2an dapet nilai bagus dan bisa naik gaji. Aamiin. Ada keinginan untuk menjajal kemampuan di operasional atau QHSE, mudah2an ada kesempatan di 2014.

Agustus 2013

Bulan Agustus adalah bulan dimana kehidupan spiritual saia mulai bergejolak. Saia menjadi sosok yang seperti saat di Tsanawiyah beberapa taun lampau. Titik baliknya adalah saat saia merasakan nikmatnya ber-i’tikaf untuk pertama kalinya, di Istiqlal. Dari momen itulah semua bermula. Rasanya, saia sangatttttttt jauh dengan Sang khaliq diwaktu – waktu kemarin. Dulunya, saia merasa dengan shalat 5 waktu saja sudah cukup. Toh hanya itu yang wajib kan? Kalo sunah mah ntr2-an aja kalau sempet. Berjilbab pun gak dari hati, jatuhnya ke gak niat blass, alakardarnya, yang penting berjilbab. Habis perkara. 

Saat i’tikaf itulah, saia merasakan sangatttttt dekat dg Sang Khaliq. Semua runtutan kehidupan kemarin seperti terputar didepan mata saia. Semuanya. Sampai saia pada suatu titik yang langsung menyentakkan hati, fikiran, otak, jiwa dan raga saia. Titik dimana saia sadar, bekal hidup dan mati saia KOSONG. NOL. Apa cukup hidup di dunia dg begini2 saja? Jika saia suatu saat nanti menjadi istri dan ibu, bekal apa yg saia punya untuk mendampingi suami dan mendidik anak2? Apa yang nanti akan saia pertanggungjawabkan dihadapan Sang Khaliq? Siapa yang akan menemani saia di alam kubur? Apa yang akan saia jawab saat nanti ditanya oleh malaikat? 

Pertanyaan2 itu yang menggalaukan hari2 saia berikutnya. Semakin saia galau, semakin kuat keinginan saia untuk lebih berdekatan dg Sang Khaliq dan semakin kuat keinginan saia untuk lebih mengenal Dia dari dekat. Majelis ilmu dan majelis dzikir saia datangi dan cari selama saia bisa menjangkau tempatnya. Usaha itu tidak mudah memang. Beberapa kali saia ditolak oleh beberapa kelompok pengajian kecil (liqa’). Kenapa saia ngincer-nya pengajian kecil? Karena saia berpikiran bahwa dg mengikuti pengajian kecil itu bisa lebih personal belajarnya, intens dan kita tau kualitas dari murabbi’ahnya seperti apa. Penolakan itu saia anggap wajar, mungkin tampang plus penampilan saia masih preman, jadi takutnya malah saia bisa membawa pengaruh buruk pada yg lainnya.Wkwkwkwk, maklum, preman baru insyaf. Tak apa, banyak jalan menuju Roma, ‘ndak bisa yang kecil, sekalian aja ke pengajian yang gede. Jama’ahnya lebih banyak. Jadi bisa mendo’akan dan dido’akan banyak orang. 

Sejauh ini, saia masih ada ditahapan bawah dan masih butuh banyak belajar, lagi, lagi dan lagi. Ghirah-nya sampai saat ini masih menyala-nyala. Mudah2an bisa istiqomah dan semakin banyak teman untuk belajar bersama. Prinsip saia : “Belajar itu sedikit demi sedikit, yang penting diamalkan terus menerus dan ‘ndak boleh sombong”.

Begitulah secara garis besar bagaimana saia melewati taun 2013. 
Peristiwa2 kecil juga ada lalu lalang di 2013. 
  • Adek saia yang sudah beranjak SMA, mulai berpikiran dewasa dan sudah bisa diajakin sharing masalah keluarga (fiiuuhhhh....akhirnya...)
  • Bisa pulang ke Kangean setelah 13 taun lamanya gak kesana
  • Punya temen ngocollll baru, Sepri namanya
  • Pertama kalinya hiking ke gunung Gede lewat Gunung Putri yang medannya masyaallah bikin linu2 seminggu lamanya
  • Bisa pulang kampung setaun 3 kali 
  • Punya murid 
  • Belajar TOEFL (lg) :D
Itulah recap perjalanan hidup saia di 2013. Ada banyak pengharapan di 2014. Nanti akan ditulis di post berikutnya. Apapun itu peristiwa yang sudah terlewati, pasti ada hikmahnya. Yang baik dilanjutkan, yang buruk tinggalkan segera, karena waktu tak akan bisa diulang.

Selamat me-re-cap ^_^

10 Desember 2013

#Partikel : alam, spiritual, passion & ilmu biologi dalam suatu partikel


Sudah hampir kurang lebih 5 bulan dari hari pertama saia beli novel #partikel, baru malam ini bisa tertuntaskan. Finally :) . Bisa dibilang, novel ini adalah novel pertama yg saia beli sejak kaki ini berpijak di daratan penuh sesak bernama Jakarta. Nothing special about it, just want to tell yaa :p


Zarah, nama tokoh utamanya kali ini. Disetiap novel Dewi Lestari yg saia baca, pemilihan nama tokohnya selalu membuat saia selalu terbersit “eh, seru juga kalau anak saia kelak diberi nama ini”. Selalu begitu. Dan sepertinya Dee memang benar2 selektif untuk menyantumkan nama di setiap tokoh2 rekaannya. Good job Dee.

Menjadi seorang yang berbeda mungkin sudah takdir seorang Zarah akibat eracuni oleh pemikiran dan filosofi ayahnya, itu perkiraan awal saia mengapa Zarah menjadi begitu berbeda diantara manusia di sekitarnya. Dan juga ayahnya tentu saja. Namanya juga berbeda, pasti (minimal) menjadi cemooh-an masyarakat, sama seperti orang pesakitan akibat kelainan seksual. Terlepas dari buruk atau baiknya suatu perbedaan itu.

Menghilangnya sosok seorang ayah secara tiba-tiba (seorang yg selama ini menjadi tumpuan dan tuntunan segala keyakinannya, satu2nya teman berwujud manusia yg sama berbedanya dengan dia) tanpa kata pamit tanpa jejak kaki menjadi trigger cerita ini. Kehilangan yang menuntun Zarah menjejakkan kaki mengikuti intuisinya untuk (minimal) mengendus keberadaan sang Ayah.

Berawal dari Bukit Jambul. Tempat Zarah belajar tentang spiritual yang disuguhkan alam yg hanya bisa dirasakan oleh manusia tertentu dan terpilih. Disinilah sang Ayah memperkenalkan Zarah untuk bersentuhan dengan kekuatan alam. Kekuatan yg diberikan oleh kingdom botani. Dan pelajaran biologi pun ikut andil dg tersebutnya nama dlm struktur binomial nomenclatur yg dulu saia hafalkan mati-matian saat SMP. Parahnya, saia hanya ingat Oriza Sativa x_x

Dari Bukit Jambal, passion memotretnya membawa Zarah ke Tanjung Puting, pusat reservasi Orang Utan. Disinilah kekuatan alam yg dulu didapat dari Bukit Jambal menjadi penyokong kelanjutan hidup Zarah. Passion memotret Zarah tertempa disini. Persahabatannya dengan alam sekarang tak hanya dg jenis flora, tp hewan pun bisa tertaklukkan. Ini menjadi kekuatan maha penting yg dapat menyokong passionnya. Passion yang kemudian membawa Zarah ke belahan dunia lain, London.

Terlepas dari jalan cerita novel ini, London adalah salah satu daratan impian saia untuk menjejakkan kaki disana. Setidaknya bisa berbahasa Inggris dengan aksen british yg seksi sambil menikmati kopi hitam kental dalam cangkir bunga2 disuatu sore musim gugur.

London, kota tempat Zarah mengenal dunia manusia. Seperti tarzan masuk kota, begitulah kehidupan Zarah disana. Gemerlapnya kota ini sempat membuat Zarah melompat ke kehidupan “manusia” yg sebenarnya. Ada persahabatan, percintaan, penghianatan, lingkungan sosialita, workaholic, semuanya yg tak tersentuh saat dia berada di Bukit Jambal maupun Tanjung Puting. Di London, kehidupan seorang Zarah mencapai titik puncak kejayaan gegap gempita dan sekaligus terhempas ke titik paling lebur hingga mencapai inti bumi.

Glastonbury, menjadi daerah terakhir persinggahan terakhir pencarian sosok ayahnya yang hilang. Ada takdir yang mempertemukan kembali Zarah dan spirit alam yang sempat terlupakan oleh hiruk pikuk hidupnya saat di London. Melalui spirit alam juga lah Zarah belajar memaafkan. Hasrat yang menggebu atas tanya “dimana sang Ayah berada” yang selama ini menjadi hantu disetiap langkah Zarah seketika terjawab....
___________________________________________________________
“Saya ingin bisa berhenti,” tuturku. “Entah itu jawaban, atau kesimpulan, tapi saya menanti sesuatu yang bisa membuat saya berhenti berlari. Berhenti mencari.”
“Dan jika jawabannya ternyata tidak ada? Kamu masih mau mencoba?” Tajam, Hawkeye bertanya.
“Bagi saya, ‘tidak ada’ pun adalah jawaban,” tegasku.
___________________________________________________________


Bogor menjadi tempat kembali seorang Zarah. Kembali ke pelukan keluarga dimana kekuatan cintanya melebihi kekuatan apapun di muka bumi. Hanya saja kekuatan cinta itu bisa ditemukan dan dirasakan melalui bermacam-macam proses. Dan proses setiap manusia berbeda-beda. END.

*setelah seharian hanya makan indomie goreng plus telur, perut indonesia saia berontak minta diisi nasi. Di jam segin :'(