30 Desember 2013

Recap 2K13

Akhirnya, sampai juga usia saia di penghujung 2013. Seperti ritual sebelumnya, pasti saia bikin recap taun yg akan ditinggalkan dan resolusi blablabla untuk ditaun berikutnya. Saia tau itu klise, dan semua orang (gak semua jg sih) pasti lagi semangat – semangatnya untuk melaporkan dan menyusun ini itu di penghujung taun, bukan untuk siapa – siapa, tp untuk dirinya sendiri sebagai self reminder. Buat saia, itu sangat personal dan saia tidak pernah merasa se-enerjik ini dalam me-recap pencapaian sekaligus kegagalan di 2013 dan menyusun “kerangka rencana hidup” saia setaun kedepan di 2014. Mudah2an bermanfaat untuk yang membacanya :)
 
Bismillah.

2013.

February 2013

Tunggu sebentar...sepertinya saia lupa kerangka apa yang sudah saia susun untuk taun 2013, daaannn ternyata saia memang ‘ndak nyusun. Damn! :D

Oke, lupakan!!! Saia lanjut recap aja kl gitu :) 

Diawal 2013, tepatnya di bulan Februari, saia secara resmi berhijrah dari Batam (2009-2012) ke Jakarta. Kenapa?! Karena rejekinya sudah berpindah ke tanah Jawa, jadi saia mau ‘ndak mau harus ‘ngikut pindah. Bisa dipastikan, Ayah dan Bunda lah yang paling bahagia atas rencana kepindahan saia itu. Beliau berdua sudah ketar – ketir, 3 taun lamanya anak perempuan mereka satu – satunya ada didaratan antah berantah yg sangat jauhhh dari pantauan, takut anaknya lupa pulang ke Jawa :D
 
Proses kepindahan itu terjadi begitu cepat. Mungkin sekitar 2-3 bulan-an. Bermula dari tawaran teman kuliah saia, uming, untuk mengisi posisi kosong  di kantor tempat dia bekerja. Awalnya saia tidak berminat dg tawaran itu, tp entah mengapa, akhirnya saia kirim jg berkas lamarannya via email. Nothing to lose pikir saia waktu itu.

Kira – kira beberapa minggu kemudian, saia dihubungi oleh pihak personalia kantor itu dan meminta saia datang ke Jakarta untuk interview minggu depan. Okeh, hal yg saia pikirkan saat itu, satu, tiket Batam-Jakarta untuk PP itu GAK MURAH!!!. Dua, NGINEP dimana??? (masa iya nginep di tempat uming?! Kan cowok!!!). Tiga, turun dari bandara trs NAIK APAAAA??? JURUSAN APAAA??? KEMANA???. Semua Pops Up itu melayang – layang dipikiran saia. Sepertinya mustahil aja gitu dan maunya nyerah aja deh. 

Tp entah kenapa, adaaaa aja jawaban dari semua kebingungan itu. Satu, untuk tiket, alhamdulillah masih ada sisa uang tabungan yg masih mencukupi untuk beli tiket PP Batam – Jakarta, meski habis itu mirissss dan nangis jungkel2 liat sisa saldo tabungan. Dua, alhamdulillah ada Mbak Ina (kakak angkatan kuliah dulu) yang bisa ditebengin kost-annya barang sehari-dua hari. Tiga, untuk yang satu ini, saia terbilang NEKAT. Coba bayangin deh, ke Jakarta hanya bermodalkan secarik kertas bertuliska:

“Jl. Asofa Raya RT. 04, RW. 01 No. 35 Sukabumi Utara, Jakarta Barat”

Saia perempuan. Dan ini pertamakalinya saia ke Jakarta. Ada rasa takut, tp saia NEKAT dan berdoa bahwa saia PASTI BISA atas pertolongan-Nya.

Beruntung, ada teman karib saia, Cindi, yg juga di Jakarta bersedia menjadi navigator saia saat pertamakali menjejakkan kaki di cengkareng. Saia sudah me-wanti-wanti cindi untuk selalu men-stand by-kan handphone-nya. Ke Mbak Ina juga. Jadilah dua orang ini yg saia telponin bolak – balik dari bandara, sampe ke kost-an tempat saia menginap, kost-nya mbak Ina. 

2 kali ditolak taxi, karena alamat tujuan yang gak jelas. Taxi ke-3 yang saya stop, alhamdulillah akhirnya mau menolong. Saia ingat betul wajahnya, bapak – bapak berperut buncit, berjenggot, ramah. Beliau tidak segan untuk turun dan bertanya kepada orang sekitar sambil membawa secarik kertas berisi alamat yg saia bawa. Di dalam taxi, beliau selalu mengingatkan saia untuk berhati – hati, banyak orang jahat yang mengintai para pendatang baru seperti saia. Alhamdulillah, kembali pertolongan Allah datang tak terduga.  

Dan akhirnya,  jam 11 malam saia sampai jg di kost-an Mbak Ina. Bu Iing, pemilik kost pun ramah dan berulang kali mengelus pundak saia sambil berucap, alhamdulillah neng, ketemu supir taxi yang baik banget. Entah apalagi yg harus saia ucapkan atas serentetan peristiwa seharian tadi, hanya sujud syukur dan untaian do’a panjang dipenghujung malam itu. Kepada bapak supir taxi itu, jazakallahu khairan katsiran. Mudah2an kebaikan selalu menyertaimu Bapak.

Begitulah, setelah serentetan tes dan wawancara, 1 minggu kemudian kembali saia ditelfon untuk bergabung di perusahaan tersebut bulan depan. Selama sebulan itulah, saia mempersiapkan kepindahan ke Jakarta. Kota antah berantah yang membuat saia harus rela se rela relanya meninggalkan cinta saia di Batam saat itu. Dan itu menjadi persiapan terberat saia juga dia. Mudah2an ini adalah rencana Tuhan yang terbaik untuk semua. Terimakasih atas segala supportnya, semoga kebaikan selalu menyertaimu Ajusye Oppaa ^_^

Sejak Februari itu, jadilah saia bagian dari “anak gaul yg gak gaul2 amat” Jakarta. Belajar bahasa “lu – gue”. Awalnya aneh di lidah, tp lama2 sdh terbiasa meski sering keseleo. Busway dan Angkot menjadi teman saia untuk kemana-mana. Istiqlal, Monas, Blok-M, Semanggi, PIM, Bunderan HI, GBK, Ragunan, Kota Tua dan Taman Untung Suropati. Sabtu dan Minggu adalah hari jalan2 saia. Selama ada shelter busway, semua tempat pasti saia jabanin. Sendiri pun jadi. Berteman headset, sepatu kets, tas punggung, kamera dan air mineral.

Untuk pekerjaan, tidak terlalu signifikan prestasi yang saia raih selain pujian “baru kamu yg bisa menghandle posisi ini dg sangat baik, sebelum2nya, agak kurang kemampuannya”. That’s it. Alhamdulillah. KPI bulan depan, mudah2an dapet nilai bagus dan bisa naik gaji. Aamiin. Ada keinginan untuk menjajal kemampuan di operasional atau QHSE, mudah2an ada kesempatan di 2014.

Agustus 2013

Bulan Agustus adalah bulan dimana kehidupan spiritual saia mulai bergejolak. Saia menjadi sosok yang seperti saat di Tsanawiyah beberapa taun lampau. Titik baliknya adalah saat saia merasakan nikmatnya ber-i’tikaf untuk pertama kalinya, di Istiqlal. Dari momen itulah semua bermula. Rasanya, saia sangatttttttt jauh dengan Sang khaliq diwaktu – waktu kemarin. Dulunya, saia merasa dengan shalat 5 waktu saja sudah cukup. Toh hanya itu yang wajib kan? Kalo sunah mah ntr2-an aja kalau sempet. Berjilbab pun gak dari hati, jatuhnya ke gak niat blass, alakardarnya, yang penting berjilbab. Habis perkara. 

Saat i’tikaf itulah, saia merasakan sangatttttt dekat dg Sang Khaliq. Semua runtutan kehidupan kemarin seperti terputar didepan mata saia. Semuanya. Sampai saia pada suatu titik yang langsung menyentakkan hati, fikiran, otak, jiwa dan raga saia. Titik dimana saia sadar, bekal hidup dan mati saia KOSONG. NOL. Apa cukup hidup di dunia dg begini2 saja? Jika saia suatu saat nanti menjadi istri dan ibu, bekal apa yg saia punya untuk mendampingi suami dan mendidik anak2? Apa yang nanti akan saia pertanggungjawabkan dihadapan Sang Khaliq? Siapa yang akan menemani saia di alam kubur? Apa yang akan saia jawab saat nanti ditanya oleh malaikat? 

Pertanyaan2 itu yang menggalaukan hari2 saia berikutnya. Semakin saia galau, semakin kuat keinginan saia untuk lebih berdekatan dg Sang Khaliq dan semakin kuat keinginan saia untuk lebih mengenal Dia dari dekat. Majelis ilmu dan majelis dzikir saia datangi dan cari selama saia bisa menjangkau tempatnya. Usaha itu tidak mudah memang. Beberapa kali saia ditolak oleh beberapa kelompok pengajian kecil (liqa’). Kenapa saia ngincer-nya pengajian kecil? Karena saia berpikiran bahwa dg mengikuti pengajian kecil itu bisa lebih personal belajarnya, intens dan kita tau kualitas dari murabbi’ahnya seperti apa. Penolakan itu saia anggap wajar, mungkin tampang plus penampilan saia masih preman, jadi takutnya malah saia bisa membawa pengaruh buruk pada yg lainnya.Wkwkwkwk, maklum, preman baru insyaf. Tak apa, banyak jalan menuju Roma, ‘ndak bisa yang kecil, sekalian aja ke pengajian yang gede. Jama’ahnya lebih banyak. Jadi bisa mendo’akan dan dido’akan banyak orang. 

Sejauh ini, saia masih ada ditahapan bawah dan masih butuh banyak belajar, lagi, lagi dan lagi. Ghirah-nya sampai saat ini masih menyala-nyala. Mudah2an bisa istiqomah dan semakin banyak teman untuk belajar bersama. Prinsip saia : “Belajar itu sedikit demi sedikit, yang penting diamalkan terus menerus dan ‘ndak boleh sombong”.

Begitulah secara garis besar bagaimana saia melewati taun 2013. 
Peristiwa2 kecil juga ada lalu lalang di 2013. 
  • Adek saia yang sudah beranjak SMA, mulai berpikiran dewasa dan sudah bisa diajakin sharing masalah keluarga (fiiuuhhhh....akhirnya...)
  • Bisa pulang ke Kangean setelah 13 taun lamanya gak kesana
  • Punya temen ngocollll baru, Sepri namanya
  • Pertama kalinya hiking ke gunung Gede lewat Gunung Putri yang medannya masyaallah bikin linu2 seminggu lamanya
  • Bisa pulang kampung setaun 3 kali 
  • Punya murid 
  • Belajar TOEFL (lg) :D
Itulah recap perjalanan hidup saia di 2013. Ada banyak pengharapan di 2014. Nanti akan ditulis di post berikutnya. Apapun itu peristiwa yang sudah terlewati, pasti ada hikmahnya. Yang baik dilanjutkan, yang buruk tinggalkan segera, karena waktu tak akan bisa diulang.

Selamat me-re-cap ^_^

10 Desember 2013

#Partikel : alam, spiritual, passion & ilmu biologi dalam suatu partikel


Sudah hampir kurang lebih 5 bulan dari hari pertama saia beli novel #partikel, baru malam ini bisa tertuntaskan. Finally :) . Bisa dibilang, novel ini adalah novel pertama yg saia beli sejak kaki ini berpijak di daratan penuh sesak bernama Jakarta. Nothing special about it, just want to tell yaa :p


Zarah, nama tokoh utamanya kali ini. Disetiap novel Dewi Lestari yg saia baca, pemilihan nama tokohnya selalu membuat saia selalu terbersit “eh, seru juga kalau anak saia kelak diberi nama ini”. Selalu begitu. Dan sepertinya Dee memang benar2 selektif untuk menyantumkan nama di setiap tokoh2 rekaannya. Good job Dee.

Menjadi seorang yang berbeda mungkin sudah takdir seorang Zarah akibat eracuni oleh pemikiran dan filosofi ayahnya, itu perkiraan awal saia mengapa Zarah menjadi begitu berbeda diantara manusia di sekitarnya. Dan juga ayahnya tentu saja. Namanya juga berbeda, pasti (minimal) menjadi cemooh-an masyarakat, sama seperti orang pesakitan akibat kelainan seksual. Terlepas dari buruk atau baiknya suatu perbedaan itu.

Menghilangnya sosok seorang ayah secara tiba-tiba (seorang yg selama ini menjadi tumpuan dan tuntunan segala keyakinannya, satu2nya teman berwujud manusia yg sama berbedanya dengan dia) tanpa kata pamit tanpa jejak kaki menjadi trigger cerita ini. Kehilangan yang menuntun Zarah menjejakkan kaki mengikuti intuisinya untuk (minimal) mengendus keberadaan sang Ayah.

Berawal dari Bukit Jambul. Tempat Zarah belajar tentang spiritual yang disuguhkan alam yg hanya bisa dirasakan oleh manusia tertentu dan terpilih. Disinilah sang Ayah memperkenalkan Zarah untuk bersentuhan dengan kekuatan alam. Kekuatan yg diberikan oleh kingdom botani. Dan pelajaran biologi pun ikut andil dg tersebutnya nama dlm struktur binomial nomenclatur yg dulu saia hafalkan mati-matian saat SMP. Parahnya, saia hanya ingat Oriza Sativa x_x

Dari Bukit Jambal, passion memotretnya membawa Zarah ke Tanjung Puting, pusat reservasi Orang Utan. Disinilah kekuatan alam yg dulu didapat dari Bukit Jambal menjadi penyokong kelanjutan hidup Zarah. Passion memotret Zarah tertempa disini. Persahabatannya dengan alam sekarang tak hanya dg jenis flora, tp hewan pun bisa tertaklukkan. Ini menjadi kekuatan maha penting yg dapat menyokong passionnya. Passion yang kemudian membawa Zarah ke belahan dunia lain, London.

Terlepas dari jalan cerita novel ini, London adalah salah satu daratan impian saia untuk menjejakkan kaki disana. Setidaknya bisa berbahasa Inggris dengan aksen british yg seksi sambil menikmati kopi hitam kental dalam cangkir bunga2 disuatu sore musim gugur.

London, kota tempat Zarah mengenal dunia manusia. Seperti tarzan masuk kota, begitulah kehidupan Zarah disana. Gemerlapnya kota ini sempat membuat Zarah melompat ke kehidupan “manusia” yg sebenarnya. Ada persahabatan, percintaan, penghianatan, lingkungan sosialita, workaholic, semuanya yg tak tersentuh saat dia berada di Bukit Jambal maupun Tanjung Puting. Di London, kehidupan seorang Zarah mencapai titik puncak kejayaan gegap gempita dan sekaligus terhempas ke titik paling lebur hingga mencapai inti bumi.

Glastonbury, menjadi daerah terakhir persinggahan terakhir pencarian sosok ayahnya yang hilang. Ada takdir yang mempertemukan kembali Zarah dan spirit alam yang sempat terlupakan oleh hiruk pikuk hidupnya saat di London. Melalui spirit alam juga lah Zarah belajar memaafkan. Hasrat yang menggebu atas tanya “dimana sang Ayah berada” yang selama ini menjadi hantu disetiap langkah Zarah seketika terjawab....
___________________________________________________________
“Saya ingin bisa berhenti,” tuturku. “Entah itu jawaban, atau kesimpulan, tapi saya menanti sesuatu yang bisa membuat saya berhenti berlari. Berhenti mencari.”
“Dan jika jawabannya ternyata tidak ada? Kamu masih mau mencoba?” Tajam, Hawkeye bertanya.
“Bagi saya, ‘tidak ada’ pun adalah jawaban,” tegasku.
___________________________________________________________


Bogor menjadi tempat kembali seorang Zarah. Kembali ke pelukan keluarga dimana kekuatan cintanya melebihi kekuatan apapun di muka bumi. Hanya saja kekuatan cinta itu bisa ditemukan dan dirasakan melalui bermacam-macam proses. Dan proses setiap manusia berbeda-beda. END.

*setelah seharian hanya makan indomie goreng plus telur, perut indonesia saia berontak minta diisi nasi. Di jam segin :'(

11 Juli 2013

Feel so failed that day

Dulu, ditempat kerja yang lama sewaktu saia masih di Batam, jabatan yang saia pegang tidak hanya berkutat dengan paper work atau hal2 yang berbau administrasi tetapi juga pekerjaan praktis, yang menuntut saia untuk terjun secara langsung ke lapangan untuk meninjau suatu proyek. Bukan, bukan suatu proyek yang besar dan maha dahsyat. Hanya proyek kecil yang berdurasi paling lama 1 bulanan. Saia tidak akan menyebutnya sebagai sesuatu yang ecek-ecek dan siprriillll. Segala sesuatu yang namanya tanggung jawab itu harus dilakukan sebaik mungkin, tidak peduli besar atau kecilnya tanggung jawab tersebut. 

3 bulan pertama, saia berusaha keras untuk beradaptasi dengan ritme kerja, alur administrasi sampai ke pergaulan sosial. Hasilnya? Sukses. Saia berhasil berdaptasi dengan ritme kerja, mengerti dan memahami alur administrasi suatu proyek sampai diterimanya saia di lingkup pergaulan sosial dengan rekan2 kerja disana. Hasil adaptasi tersebut saia nikmati sampai 2 bulan kemudian. Hingga akhirnya sampai di titik jenuh. Bulan ke-6, saia berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang membuat saia yang tadinya “kelas 12” menjadi “kelas 13”. Dan ini cara saia untuk lepas dari belenggu kejenuhan. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk saia “naik kelas”. Di bulan ke-7, saia sudah dinyatakan naik ke “kelas 13”. Dengan apa? Tentunya dengan berinovasi, menciptakan sesuatu yang baru. Ritme kerja yang selama ini adem ayem, saia buat menjadi dinamis. Saia membuat rekan kerja dan pimpinan tidak menganggap remeh posisi ini. Ya, dulunya posisi ini bisa dibilang posisi yang “cemen”, karena memang kalau saia pikir sih orang2 terdahulu tidak capable untuk berada diposisi ini. Ruang lingkup kerja saia perluas, tidak hanya menerima data mentah dari lapangan, tapi saia juga harus nyebur dan mengobservasi keadaan di lapangan dengan mata kepala saia sendiri untuk kemudian mengolah data itu sehingga dapat diproses untuk diuangkan. 

Tidak hanya ritme kerja yang saia jadikan dinamis, tapi juga alur administrasi yang tadinya berbelit dan terlalu banyak kepala yang terlibat dalam proyek “kecil” itu, saia pangkas. Ringkas dan cepat. Semua yang sekiranya bisa saia handle sendiri, akan saia kerjakan dg mandiri, tanpa perlu menunggu hasil pekerjaan orang lain. 

Berada di “kelas 13” membuat orang sekitar merasa aware dengan keberadaan “posisi” saia. Yang dulunya menganggap siapa saja bisa menjadi di posisi ini, sepertinya sekarang tidak lagi. Karena standard yang sudah saia pasang untuk posisi tersebut tidaklah main2. Baik itu standard gaji maupun standard calon karyawannya sendiri. 

Sampai di suatu saat, tepat di bulan 12, di bulan yang sama setahun kemudian saia memutuskan untuk menyudahi belajar di “sekolah” ini. Jenuh? Tidak sepenuhnya karena itu. Tetapi lebih karena saia harus “naik kelas” lagi. Di sekolah yang ini, kelas yang ada untuk saia ternyata mentok do “kelas 13”, tidak bisa naik kelas lagi. Hufffttt, ya sudah, solusinya saia harus mencari sekolah lain yang menawarkan “kelas 14”. Dan disinilah saia sekarang. Masuk ke “kelas 14”. Sudah memasuki bulan ke 5, dan saia masih di fase adaptasi. Agak lama memang. Sepertinya saia harus menyusun ulang strategi “belajar”. Strategi lama terlalu usang untuk digunakan disini.

Hari ini, saia merasa gagal. Persiapan belajar saia tidak matang. Kurang belajar, kurang observasi, kurang data dan evidence, kurang confidence, terlalu takut salah, dan tidak bisa me-manage waktu.
Ujian satu semester saia bekerja diposisi ini akan dimulai. Kesuksesan di mid semester kemarin, ternyata masih belum ada apa2nya. Besok, saya akan ada proyek “kecil” lagi. Meski agak gagal di persiapan awal hari ini, tapi pimpinan saia masih mempercayakan proyek “kecil” ini menjadi milik saia. Meskipun masih di-guide oleh senior saia, tapi tak apa, belajar itu bukan berakhir di berapa nilai akhirnya, tapi lebih ke kecepatan proses belajar itu sendiri. Tak apa gagal di persiapan hari ini, tapi besok, jangan lagi ada kata gagal.

24 Juni 2013

One Day Without Phone

Dengan sengaja weekend kemaren saia pasang status di bbm "no call, no message, no thank". Artinya, sabtu kemarin saia mau nyantai - senyantai - nyantainya. Tanpa socmed selama 24 jam terhitung dari hari minggu pukul 00.00. Tidak dalam rangka apa-apa. Hanya ingin mengukur sejauh mana ketahanan otak saia yang sudah terbiasa sehari - harinya "umek" dg socmed dan kring2nya telpon. Entah itu update status FB, BBM, Nge-tweet, blog walking ato hanya sekedar kepo-in  & stalker ke socmed tetangga sebelah. Terkadang sampai di suatu titik klimaks jenuh, saia berkeinginan untuk sehari saja tanpa socmed. Sendiri, menikmati me time di weekend ini. SENDIRI.

Apa yang saia dapat dengan "one day without socmed" kemarin?! Banyak. Saia bisa meng-khatam-kan novel "the Naked Traveler" yang sudah berbulan2 tidak terjamah. Saia bisa masak sambil nonton 2 drama korea sekaligus sampe finisshhhhh. Saia bisa bersih - bersih kamar, nyuci, nyetrika, dengerin musik seharian, nge-teh sambil duduk2 di balkon, godain kucing tetangga, tidur siang dengan damai, ibadah khusyuk, sampe maskeran. Weekend ini, aslik, saia cuma bergaul dengan diri saia sendiri tanpa direcokin sama orang lain. Rasanya damai banget.

Dan saat saia harus kembali ke dunia nyata hari ini, saia sudah siap. BB sudah ON lagi, Update lagi, kepo lagi dan stalker lagi.

Welcome Monday ^______________^

17 Juni 2013

ke mantenan (lagi)

Weekend adalah hari yang paling menyenangkan sekaligus bisa jadi paling menjengkelkan buat gw. Semua tergantung dengan ada atau tidaknya acara2 happening yang memungkinkan diri ini berada di keramaian. Gak harus rame2 banget seperti ditempat dugem misalnya. Cukup dengan adanya orang lalu lalang atau berhaha-hihi disekitar, meskipun terkadang gw sudah terpuaskan dg menjadi penonton. That's all.

Well, Minggu ini jadwalnya gw kekondangan. Nikahan temen kantor lebih tepatnya. Alhamdulillah, akhirnya berkurang 1 single girl di lantai 2. Mbak Uti....congratttsssssssss. Thanks for the invitation, so I can leave "my loneliness to spend all day long at kost ;)" this sunday *derita LDR* -_-"

Jadi, rumor tentang nikahannya mbak Uti ini udah beredar dari awal gw masuk kantor ini, sekitar 4 bulanan yang lalu deh. Sebagai calon pengantin, mbak uti ini nyantai banget loh. Gemana ga' dibilang nyantai coba, 2 hari sebelum acara nikahan baru ngambil cuti, ga' ada acara pingit2an sampe ga' ada acara perawatan2 segala. Nyantai banget ga' sik?! Kalo calon pengantennya itu gw, wwuuiiihh, gak bakalan bisa senyantai itu. Kalo perlu, seminggu sebelum acara mantenan udah ngambil cuti. Semua detail harus mendekati perfect. Koq belum2 gw udh ngerasa stress ya?! *keluh*

Sekilas pandangan mata sih, acara mantenannya pake adat jawa, diliat dari pakaian si pengantin sama keluarga mempelai. Kalo prosesinya sih kayaknya engga' ada jawa2nya ya. Prosesinya sama persis seperti acara nikahan pada umumnya. Tamu dateng, ngisi buku tamu, dapet souvenir, nyemplungin amplop, salaman sama manten, makan, haha-hihi sama tamu lain (yang dikenal, kalo ada), salaman lagi sama mantennya, foto sama manten, foto narsis2an, pulang. Udah.






Hueheheheheehe, ga' ada yang salah sih dengan prosesi diatas. Cuma ada 1 yang paling penting dan kadang kita ga' sepenuhnya nyadar. RESTU. Yuppp, dengan hadirnya kita di suatu acara pernikahan, meskipun cuma cari makan enak  (ini gw banget -_-) misalnya, itu sudah sangat berarti bagi kedua mempelai. Kenapa?! itu berarti kita sudah memberikan restu dan do'a untuk pernikahan mereka. Baik itu sebagai teman, kolega, sodara, mantan pacar, mantan musuh, sebagai apapun. Semakin banyak yang datang, berarti semakin banyak pula yang merestui dan mendoakan pernikahan tersebut.
Kalimat "Selamat atas pernikahannya, mudah2an menjadi keluarga sakinah, mawaddah warohmah" itu sederhana banget untuk diucapkan namun penuh makna dan mengandung do'a jika diucapkan dg tulus.

Maunya tadi nyuri kembang manten dikeris yg cowok, lah koq kerisnya ada di belakang -_-'

12 Maret 2013

modern market dimataku atau matamu juga??

Entah karena dilanda kebosanan dengan gaya liburan gw yg gini – gini aja ato karena hari – hari libur yg terlalu sering dilanda kesepian ato juga bisa jadi karena gw kepo, akhirnya pagi2 bgt gw posting pertanyaan ke whatsapp group MAR’S  04 (dimana membernya adalah temen2 seangkatan kuliah dulu yg pikirannya agak – agak miring, contohnya gw -_-“). Postingannya begini : “Kalian semua pada ngapain sih kalo liburan begini? Terutama yg daerah jakarta?”.  Dikarenakan temen2  gw ini agak sarap, jd jawabannya pada sarap juga, dan sepertinya gw salah gaul -_____-“

Aahh, sudahlah, tinggalkan saja jawaban2 mereka yg tingkat kelogisannya hanya mendekati 10%. Mwuahahahahaha.

Sebagai anak baru di belantara kota Jakarta, eksplorasi  dan aksi menjelajah tempat – tempat hits di seputaran jakarta dan sekitarnya jadi kewajiban nomer wahid. Meski dampak kepindahan gw dari Batam ke Jakarta membuat status kantong menjadi “GAWAT DARURAT”, tak memadamkan ke-antusias-an gw berpetualang untuk menelanjangi ibukota negara tercinta ini (halah!!!! Apaan sih.)

Well, semua pasti tau lah kalo di jakarta apa aja ADA! Lo mau nyari dari yg guede sampe yg imutttttt pasti nemu deh. Cm ya gitu, lo harus tau tempat & jalannya  dulu, Jakarta itu luar ma meeenn  :D

Sesuai sama program “penelanjangan JKT” yg sudah disusun beberapa hari lalu dimana rule wajibnya adalah “GAK BOLEH NGENDON DIKOST KAYAK KEBO BERANAK LEBIH DARI 12 JAM DI HARI LIBUR”, jadilah siang tadi gw nyeret badan buat jalan2. Kemana?! Ke ITC PERMATA HIJAU :D (keren amat destinasi gw -_-“).

Yah, apalah dikata, program sih emang harus sukses yaaa, cm harus nyesuaikan jg dengan realita status kantong :D .

Aniway, ITC Permata Hijau itu jarak dari kost gw bisa dibilang deket bgt. 15 menit nyampe lahh kalo pake angkot + metromini. Detailnya, dr gang depan tempat kost (Gang Ashofa – Sukabumi Utara) naek Angkot warna biru nomernya 90. Jangan naek yg ada angka A-nya (90 A), karena itu angkot bakalan belok sebelum perempatan Permata Hijau. Nah, pas nyampe perempatan Permata Hijau, turun deh dr angkot No. 90. Lanjut naek Metromini yang nomer 70 turun pas didepan ITC-nya, kira2 Cuma 5 menit-an lahh. Inget ya, TUJUH PULUH. Ongkosnya 2000 perak, sama dengan ongkos angkot no. 90 tadi. Atauuuu, kl mau olahraga jg bisa koq. Pas turun diperempatan tadi, jalan aja ke ITCnya. Cuma 15 menit-an lahhh klo ga’ macet (loh?!). Kalo gw sih mending jalan aja, deket ini.

Ngapain di ITC?! 

Pertama, isi perut di Hokben (yg mana menu yg dipesen pasti PAKET SPECIAL Nomer 3, masih setia ;) ). FYI, mending kl kesini jangan makan dihokben deh, soalnya piringnya pakai styrofoam (mungkin karena hokben disini semacem stand kecil gtu), ga’ seperti pas kita makan di restonya. Jadi rasanya beda aja. Not recommended.

Dua, Jalan2 ke Carefour. Iya, jalan2. Belinya sih cm buah doank. ;D . Mungkin cuma gw orang yang sukanya cuci mata di tempat2 semacem Carefour, Giant ato yg sejenis hypermart gtu, atau ada yg lain? *salaman*. 

Nginder berjam – jam dengan keranjang yg masih kosong itu sudah jadi hal biasa. Ngider dari jejeran rak2 depan sampe ke paling pojokan belakang jg jadi kebiasaan gw kl lg belanja di modern market macem begini. Dari sekian banyaknya jejeran rak2 itu, bagian sayur, buah2an & ikan2 beku jadi spot favorit. Kenapa?! Simpel, karena sehari2 gw jaranggggggggggg banget liat warna – warna ijo, merah, kuning, jingga, kelabu, ungu , dan biru (pelangi donk mak?! ). Yang ada, hari – hari warna yg gw liat cm putih, item kadang jg cokelat, bosen kan?! So plain, berasa ga’ ada gairah. 

Selepas ngeliat warna – warni si buah – buahan yg genit, sayuran yang kadang sotoy & ikan2 beku yang pasrah mau diapain aja idupnya, pasti mata gw yang minus ini berasa segeeerrrrrr & fresh bgt. Kayak ada gairah idup. Kadang ya, gw melototin jejeran buah, sayur & ikan beku itu bisa sampe se-jam. Bisa dibayangin, betapa bego’nya muka gw pas itu. Untungnya, selama ini belum  ada yg gengges bwt ngusir selama prosesi “pelototan”  itu berlangsung, palingan berani ngelirik doank :D 

Cuma gini loh ya, ada satuuuuuu yang bikin ganggu kl lagi jalan2 di modern market macem begini. Trolley-nya bookkkkkkkk. Iya, gw keganggu banget sama trolley yang didorong2 kemana2 sepanjang koridor. Kadang nabrak2 jugak. Apalagi kalo yang dorong trolleynya ga’ liat depan ato lagi asik ngeliat kanan kiri, ada juga yg pas lagi ngelamun (ceileeeee, kl ngelamun jgn belanja mbak...mas.. di atep genteng aja sekalian biar kesambet x_x). 

Jadi, saking keselnya dengan keberadaan trolley ini, kadang gw iseng mindahin posisi trolley yg lagi ditinggalin apalagi kalo ngalangin akses jalan pelanggan lain. Biarin deh si empunya kelimpungan nyariin tuh trolley dimana. Heuheuheuheu. Sadis yang manis.

Begitulah petualangan libur Nyepi gw, sampe jumpa lagi di liburan2 lainnya ;)

14 Februari 2013

pegawai yg salah persepsi sama yg namanya produktif

Malem kapan itu saia sempet niat beneran untuk begadang. Entah taun kapan itu saia terakhir begadang buat nyelesein tugas kantor. Ya kan secara saia ini kategori pegawai agak rajin yah, jadinya kerjaan yg ga' habis diselesaikan di kantor, saia tenteng bawa pulang, berharap besoknya kerjaan itu pagi2 buta udah kelar.

Pemikiran dan kebiasaan itu akhirnya keterusan dg pemikiran bahwa itu semua adalah hal yg baik untuk masa depan dan patut di pertahankan.

Sampai di suatu sore tadi sepulang ngantor (dan bawa file kerjaan), saia ga' sengaja ngikutin kultwitnya Kak @ikanatassa yg lagi bahas masalah kerja yg produktif. Nah, dg segala rasa penasaran, akhirnya saia ikutin satu demi satu kultwitnya. Bahasanya enak dibaca, mudah dipahami & dewasa banget penyampaiannya.

Sampai pada point ini,

membaca line terakhir, saia sejenak berhenti dan bilang "KAMPRET!!! SIAL!!! jadi selama ini gw salah donk?? yg gw manage mati2an itu malah time-nya".

Pemikiran dan kebiasaan yg tadinya saia kira baik akhirnya menghilang tiba2. Maksudnya begini, pegawai kantoran sering bilang kalo sibuk itu artinya kita produktif dalam bekerja, bahkan saat dirumah pun masih juga disibukkan sama yg namanya kerjaan kantor. Padahal kan ya, perusahaan ga' ngeh juga sama usaha mati2annya qta itu. Yang ada, tepar hancur leburnya dikita, senang gegap gempitanya di orang lain ;(

Nah, karena ibaratnya mata udah kebuka kesadarannya, maka dari itu, mari kita beresin dokumen2 kantor yg berserakan di lantai kamar kos2an ini trs lanjut bobo' ;)

special gift in a very special moment

A GIFT FOR YOU

It is wrapped with happy memories,
It is tied with friendly cheer,
And countless are the wishes,
It is bringing to you here

-Mrs. R Meine-

Seharian sampai malam tadi, saia dibuat spechless sama beberapa teman kantor. Hari ini terhitung minus 2 hari menuju last day saia di kantor ini. hhhuuufftt, memang ga' ada perayaan yg special, cuma sederhana, murah meriah tapi semuanya bisa senang ;)

Spechless saia ini dimulai dr si mega yg dr semalem ngirim foto di whatsapp, dia bilang "sebuah kado perpisahan untuk kak ika" sambil majangin foto kado mungil dibungkus warna kuning. kalimat singkat tp bikin sswwiinnggg di hati. Terharu. *lap ingus..srrootttt*.

Dan jadilah tadi pagi kado kuning itu resmi diberikan. ;) isinya???!! imuttttttttttt bangetttt. Kata Mega sih, boneka kayu ini replika dia yg imut2. katanya. iya...kata dia :D 

Okelah, sesuai request, boneka ini akan jadi penghuni pertama meja kerja di kantor baru nanti ;) 


Menjelang malam, spechless saia jadi double. Tiba2 aja di Dhina & Mas bawel berurutan ngasih kado. Di warung Mie Ayam ceker . heuheuheuheu, menurut saia, ini malem valentine yg paling lucu, nyenengin & berkesan. Koq ya kebetulan bgt pas malem valentine ngasihnya, kan berasanya saia dikelilingi sama dewa dewi cinta :)



Jangan ditanya gemana perasaan saia malem ini. Seneng Banget. Pasti. Setahun saia disini, selama itu pula saia mengenal mereka. Teman yg sudah terasa lebih dari kawan. Haahhhh, sepertinya baru kmrn saia mengenal mereka, tp kesan yg tercipta terasa seperti seabad. 

Ga' peduli seperti apa bentuk hadiah itu, refleksi rasa sayang dan peduli saat prosesi pemilihan hadiah, itulah yg maha penting. Ga' semua orang bisa sayang sama kita, hanya mereka yg dihatinya ada perhatian dan peduli akan ada atau tidak adanya kita, itulah arti kedekatan yg sebenarnya.

Untuk Mega, Dek Dhina, Dek Dian & Mas Bawell...makasih yaaaaaaaaaaaaaa ;')